Home
Mengkaji Pemikiran Sang Eksil, Alex Moenan

Mengkaji Pemikiran Sang Eksil, Alex Moenan

Dalam rangka memperingati 26 tahun reformasi, Laboratorium Ilmu Politik FISIP UNSOED menggelar bedah buku “Pendapat dan Pandangan: Kumpulan Tulisan 1990-2009” karya Alex Moenan di Auditorium FISIP (21/05). Buku ini dibedah oleh sejumlah pakar, yakni Ahmad Sabiq (Kepala Laboratorium Ilmu Politik), Barid Hardiyanto (aktivis ’98 dan officer expert LPPSLH), Tyas Retno Wulan (Sosiolog FISIP Unsoed), dan Bowo Sugiarto (Dosen Ilmu Politik). Siswa Santoso, editor buku dari Stichting Azië Studies, Belanda, juga hadir untuk memberikan pengantar.

Alex Moenan, yang dikenal sebagai seorang eksil, lahir pada 2 Mei 1924 di Semarang dari keluarga priyayi Jawa. Sebagai seorang akademisi pada Juli 1965 ia berangkat ke Berlin atas undangan Institut Ilmu Sosial. Bulan-bulan berikutnya terjadi turbulensi politik di Indonesia dan setelah peristiwa 30 September 1965, Alex tidak dapat kembali ke Indonesia. Ia kemudian terpaksa menetap di Belanda, di mana ia terus mendukung gerakan pro-demokrasi di Indonesia.

Siswa Santoso menekankan pentingnya penerbitan edisi terbaru ini untuk memperingati 100 tahun kelahiran Alex Moenan. “Karya-karya Alex Moenan, yang dihasilkan sejak 35 tahun lalu dan pertama kali diterbitkan di tahun 2009, tetap relevan dengan situasi Indonesia saat ini. Buku ini menawarkan pandangan dan analisis yang tajam tentang berbagai masalah sosial, politik, dan ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia,” ujar Siswa.

Buku “Pendapat dan Pandangan: Kumpulan Tulisan 1990-2009” mencakup refleksi dan analisis tentang sosialisme, dampak krisis ekonomi global, serta tragedi nasional 1965, dan dampaknya terhadap impunitas di Indonesia. Tyas Retno Wulan, sosiolog FISIP Unsoed, memberikan komentarnya, “Tulisan-tulisan Alex Moenan memberikan pelajaran berharga bagi generasi muda dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan keberanian untuk menghadapi tantangan intelektual serta dinamika sosial yang kompleks.”